Jakarta – Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zainal kembali TRISULA88 menegaskan pentingnya menghargai lagu kebangsaan “Indonesia Raya” sebagai lebih dari sekadar lagu wajib nasional. Dalam sebuah pidato kebudayaan yang disampaikan dalam rangka peringatan Hari Pendidikan Nasional, Fadli menyampaikan bahwa “Indonesia Raya” adalah simbol perjuangan, pengorbanan, dan cita-cita kolektif bangsa Indonesia.
Menurut Fadli, setiap bait dalam lagu ciptaan Wage Rudolf Supratman tersebut mengandung makna historis yang kuat. Lagu ini bukan hanya pengiring upacara bendera atau pembuka acara resmi, tetapi merupakan cermin semangat rakyat Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan dari penjajahan. Ia menambahkan bahwa banyak generasi muda saat ini belum sepenuhnya memahami konteks sejarah dan nilai filosofis yang terkandung dalam lagu tersebut.
“Ketika kita menyanyikan Indonesia Raya, kita seharusnya tidak hanya berdiri tegak dan menyanyikannya dengan lantang. Kita juga perlu menghayati perjuangan di baliknya. Lagu ini lahir dari semangat melawan ketidakadilan dan penindasan. Ini adalah manifestasi dari tekad bangsa kita untuk merdeka,” ujar Fadli dalam pidatonya di Taman Ismail Marzuki, Jakarta.
Sejarah dan Makna “Indonesia Raya”
“Indonesia Raya” pertama kali diperdengarkan secara publik pada tahun 1928, tepatnya dalam Kongres Pemuda Kedua yang melahirkan Sumpah Pemuda. Pada masa itu, menyanyikan lagu kebangsaan bisa dianggap sebagai tindakan subversif oleh pemerintahan kolonial. Namun, para pemuda Indonesia tetap melakukannya sebagai bentuk perlawanan simbolik terhadap dominasi Belanda.
Wage Rudolf Supratman, sang pencipta lagu, menulis “Indonesia Raya” dengan lirik yang membakar semangat dan menyatukan berbagai elemen bangsa. Frasa “bangunlah jiwanya, bangunlah badannya” adalah seruan untuk membangun karakter dan kekuatan fisik bangsa secara bersamaan. Ini adalah pesan mendalam tentang pentingnya integritas moral serta kekuatan nasional dalam menggapai kemerdekaan sejati.
Tantangan di Era Modern
“Yang kita khawatirkan bukan sekadar lupa menyanyikan lagu Indonesia Raya, tetapi lupa akan arti menjadi bagian dari Indonesia itu sendiri. Lagu ini adalah pintu masuk kesadaran kebangsaan. Jika pintu ini tertutup, kita kehilangan arah sebagai bangsa,” katanya.
Untuk menjawab tantangan tersebut, Kementerian Kebudayaan di bawah kepemimpinan Fadli berencana meluncurkan kampanye edukatif nasional bertajuk “Hayati Indonesia Raya”. Kampanye ini akan menyasar sekolah, komunitas, hingga platform media sosial, dengan tujuan membangkitkan kembali semangat nasionalisme melalui pemahaman sejarah lagu kebangsaan.
Program Budaya dan Pendidikan
Selain kampanye, pemerintah juga berencana merevisi kurikulum pendidikan kebangsaan di sekolah dasar dan menengah. Kurikulum tersebut akan memasukkan pembelajaran mendalam tentang sejarah lagu “Indonesia Raya”, termasuk latar belakang penciptaannya, makna setiap bait, dan kontribusi lagu tersebut terhadap semangat persatuan bangsa.
Fadli menekankan bahwa pendidikan kebudayaan tidak hanya soal mengenal karya seni atau warisan budaya fisik, tetapi juga mencakup warisan simbolik seperti lagu kebangsaan. “Lagu ini tidak bisa kita biarkan menjadi sekadar rutinitas upacara. Ia harus terus hidup dalam kesadaran kita sebagai warga negara,” ujarnya.
Simbol Persatuan
Di tengah perbedaan yang ada di Indonesia—baik suku, agama, bahasa, dan adat—”Indonesia Raya” tetap menjadi simbol pemersatu yang tak tergantikan. Lagu ini menyatukan lebih dari 270 juta jiwa di seluruh Nusantara, dari Sabang sampai Merauke. Dalam setiap nada dan liriknya, tersimpan harapan akan negeri yang adil, makmur, dan sejahtera.
Fadli mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk kembali menempatkan “Indonesia Raya” sebagai bagian integral dari identitas nasional.